Sayyid Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad bin Salim bin Ahmad al-Muthahar atau H Mutahar yang lahir 5 Agustus 1916 di Semarang adalah neg...

Biografi H. Mutahar – Pencetus Pasukan Pengibar Bendera Pusaka

 


Sayyid Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad bin Salim bin Ahmad al-Muthahar atau H Mutahar yang lahir 5 Agustus 1916 di Semarang adalah negarawan Indonesia pencetus lahirnya Paskibraka atau Pasukan Pengibar Bendera Pusaka.
Mutahar lahir dari keluarga Arab Indonesia yang mapan dan termasuk sayyid juga dikenal anti-komunis. Beliau dikenal sebagai komponis yang banyak menciptakan lagu nasional dan kepanduan, diantaranya Hyme Syukur dan Hymne Pramuka.
H Mutahar pernah mengecap pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada 1946-1947. Pada 1945 H Mutahar bekerja sebagai Sekretaris Panglima Angkatan Laut RI di Yogyakarta, lalu pegawai tinggi Sekretariat Negara di Yogyakarta (1947).
Mutahar diketahui menguasai paling tidak 6 bahasa secara aktif. Dia pun diangkat jadi Duta Besar RI di Vatikan (1969-1973) dan terakhir sebagai Pejabat Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri (1974).

Baca : Fakta menarik Andmesh Kamaleng

Beliau tokoh utama Pandu Rakyat Indonesia yang dilebur menjadi Gerakan Pramuka. Beliau pun yang mencetuskan Paskibraka paska ditugasi menyusun upacara pengibaran bendera pada hut RI pertama 17 Agustus 1946.
Mutahar ditugasi Presiden Sukarno terkait penyelamatan Bendera Pusaka agar tidak jatuh ke tangan musuh saat agresi militer Belanda 2 di Yogyakarta pada 19/12/1948. Mutahar pun mengamankan Bendera Pusaka dengan memisahkan kedua warna Bendera Pusaka tersebut.
Agresi Belanda berbuntut pengasingan Presiden Sukarno dan Bung Hatta ke Bangka. Mutahar pun ditahan di sel Semarang. Saat jadi tahanan kota, Mutahar melarikan diri ke Jakarta dan menginap di rumah Sutan Syahrir lalu kos di rumah Kapolri Sukanto Tjokrodiatmodjo.

Pertengahan Juni 1948, Mutahar menerima surat perintah dari Bung Karno agar Bendera Pusaka diserahkan kepada Presiden di Muntok Bangka lewat Soedjono delegasi dari Republik Indonesia yang boleh mengunjungi Presiden di tempat pengasingan.
Mutahar menjahit kembali dua bagian Bendera Pusaka dengan meminjam mesin jahit dari seorang istri dokter. Mutahar menjahit persis di lubang jahitan asli. Bendera itu kemudian dibungkus kertas koran dan diserahkan kepada Soedjono.
Sudjono merahasiakan perjalanan Bendera Pusaka dari Jakarta ke Bangka. Bung Karno pun melalui pemerintah Republik Indonesia menganugerahkan Bintang Maha Putera tahun 1961 atas jasanya menyelamatkan Bendera Pusaka.

Baca juga : Alasan pentingnya kuliah S2 untuk masa depan

Pada 1967, sebagai direktur jenderal pemuda dan Pramuka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Mutahar diminta Presiden Soeharto menyusun tata cara pengibaran Bendera Pusaka yang dikibarkan oleh satu pasukan.
Beliau membuat formasi pasukan yang dibagi menjadi 3 kelompok yaitu, kelompok 17 sebagai pengiring atau pemandu; kelompok 8 sebagai kelompok inti pembawa bendera; kelompok 45 sebagai pengawal, yang dipakai hingga saat ini.
Sebagai komponis, sederet lagu nasional telah dia ciptakan. Karya terakhirnya ‘Dirgahayu Indonesiaku’ menjadi lagu resmi hut RI ke-50. Mutahar meninggal 9 Juni 2004 pada usia 88 tahun dan dimakamkan di Pemakaman Jeruk Purut Jakarta.

0 komentar: