Sering dilupakan, terdapat satu sosok yang berjasa dalam membantu pasca kemerdekan Indonesia. Dia adalah Sukarni.
Lahir pada 14 Juli 1916 di Desa Sumberdiran, Blitar, Jawa Timur, Sukarni Kartodiwirjo adalah sosok pejuang kemerdekaan yang menorehkan jejak berharga dalam sejarah Indonesia.
Ayahnya, Kartodiwiryo, seorang warok yang juga penjagal dan
pedagang daging sapi, memberikan pendidikan awal kepada Sukarni di sekolah
rakyat Mardisiswo di Blitar. Di sana, Sukarni digembleng oleh gurunya, Mohammad
Anwar, dengan arah pendidikan yang anti penjajahan Belanda.
Tidak hanya melibatkan diri dalam pendidikan formal, Sukarni
melanjutkan perjalanannya ke MULO di Blitar dan kemudian ke Kweekschool serta
Volks Universiteit (Universitas Rakyat).
Kiprahnya dalam gerakan perjuangan kemerdekaan dimulai pada
tahun 1930 ketika ia bergabung dengan Indonesia Muda, organisasi kepemudaan
Partindo (Partai Indonesia). Kursus pengaderan di Bandung mengantar Sukarni
bertemu dengan sesama pengadernya, termasuk Soekarno.
Kembali ke Blitar, Sukarni mendirikan organisasi Persatuan
Pemuda Kita dan menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Indonesia Muda pada tahun
1935.
Aktif pula dalam organisasi Suluh Pemuda Indonesia (SPI) dan
Persatuan Pemuda Rakyat Indonesia (Perpri), Sukarni terlibat dalam peristiwa
grebekan oleh penguasa kolonial Belanda pada tahun 1936, namun berhasil
melarikan diri dengan menggunakan nama samaran Maidi.
Tahun 1940 membawa perubahan dramatis ketika Sukarni
ditangkap di Balikpapan, Kalimantan Timur, dan dipenjara di beberapa tempat,
termasuk Samarinda, Surabaya, dan Jakarta.
Meskipun divonis hukuman pembuangan ke Boven Digul,
perubahan tak terduga terjadi dengan kekalahan pemerintah Hindia Belanda oleh
pasukan Jepang pada Maret 1942.
Di masa pendudukan Jepang, Sukarni bertemu dengan sosok
inspiratif, Tan Malaka, yang semakin merangsang semangat perjuangannya.
Pertemuan keduanya menjadi awal terbentuknya Partai Musyawarah Rakyat Banyak
(Murba) pada tahun 1948. Sukarni terus aktif dalam perjuangan politik hingga
akhir hayatnya.
Wafat pada 7 Mei 1971, Sukarni dihormati sebagai Pahlawan
Nasional Indonesia pada 7 November 2014 oleh Presiden Joko Widodo. Jasadnya
beristirahat di Taman Makam Pahlawan Kalibata, tetapi warisannya sebagai
pejuang kemerdekaan tetap hidup dan menginspirasi generasi-generasi penerus
Indonesia. Sukarni Kartodiwirjo, sosok pemberani yang mengabdikan hidupnya
untuk kemerdekaan dan keadilan.
Dengan perjalanan hidupnya yang penuh tantangan, Sukarni
Kartodiwirjo tetap menjadi sosok inspiratif yang mengajarkan kita tentang
keberanian, kesetiaan pada ideologi, dan semangat perjuangan untuk kemerdekaan.
Warisan perjalanan panjangnya sebagai pejuang kemerdekaan
tidak hanya terpatri dalam sejarah, tetapi juga mewujud dalam gelar Pahlawan Nasional yang diberikan oleh negara. Semangat dan dedikasi Sukarni terus
membakar semangat generasi muda untuk membangun masa depan Indonesia yang lebih
baik.
Jasadnya mungkin beristirahat di Taman Makam Pahlawan
Kalibata, namun semangat perjuangannya tetap hidup, menyala, dan menginspirasi
setiap langkah kita.
0 komentar: