Rondahaim Saragih Tokoh Heroik Perjuangan Melawan Penjajah Belanda di Simalungun (Foto:Pinterest/@pngtree) Simalungun adalah salah satu daer...

Rondahaim Saragih: Tokoh Heroik Perjuangan Melawan Penjajahan Belanda di Simalungun

Rondahaim Saragih Tokoh Heroik Perjuangan Melawan Penjajah Belanda di Simalungun (Foto:Pinterest/@pngtree)

Simalungun adalah salah satu daerah di Sumatera Utara, Indonesia, yang juga terlibat dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda. Meskipun saya tidak memiliki informasi spesifik tentang Rondahaim Saragih, mungkin dia adalah salah satu tokoh lokal yang berperan dalam perlawanan di Simalungun.

Pada abad ke-19, penjajah Belanda tak henti-hentinya berusaha menguasai seluruh penjuru nusantara. Hasrat mereka yang tak terpuaskan meluas dari sumber daya alam hingga perkebunan subur dan bahkan masyarakat lokal, yang ingin mereka taklukkan sebagai budak. Penindasan tersebut ditentang keras oleh masyarakat, sehingga memicu banyak pemberontakan di seluruh wilayah Nusantara.

Dalam artikel ini, penulis akan membahas tentang perjuangan Rondahim Saragih Pahlawan Indonesia melawan Belanda di Simalungun, yuk langsung simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.

Perlawanan Pantang Menyerah di Simalungun

Simalungun yang terletak di Sumatera Utara (Sumut) menjadi sasaran strategis karena kekayaan alamnya yang melimpah dan perkebunan yang subur. Kedekatan wilayah ini dengan perkebunan tembakau seluas 75 hektar di Deli, yang dibuka oleh Belanda pada tahun 1863, menjadikannya sasaran utama penjajahan. Perlawanan yang dilakukan masyarakat setempat diperkuat oleh para pemimpin karismatik, dan salah satu tokoh tersebut adalah Rondahaim Saragih .

Rondahaim Saragih: Arsitek Perlawanan

Diakui sejarawan Simalungun Jalatua Hasugian, Rondahaim Saragih muncul sebagai tokoh sejarah dalam perjuangan melawan kekuasaan kolonial Belanda. Dikenal sebagai penguasa kerajaan Raya, ia naik ke posisi Raja Goraha di Harungguan Bolon Raja Marropat di Tiga Runggu pada tahun 1865. Perjalanan monumentalnya berlangsung selama 24 tahun, dari tahun 1865 hingga 1889, di mana ia dengan gigih berjuang melawan penindas kolonial.

Aliansi Strategis dan Upaya Terkoordinasi

Rondahaim memulai perlawanan yang signifikan dengan membentuk aliansi dengan para pemimpin berpengaruh lainnya di Simalungun, termasuk penguasa Tanah Batak, Raja Sisingamangaraja XII, dan Kesultanan Aceh. Upaya kolaboratif ditujukan untuk menciptakan front persatuan melawan penjajah Belanda. Pertemuan-pertemuan rahasia diadakan untuk merancang strategi yang mencakup aspek ideologi, politik, ekonomi, dan sosial budaya, untuk memastikan kekuatan Simalungun tetap tidak terpatahkan.

Kepemimpinan Langsung di Medan Perang

Rondahaim menunjukkan kepemimpinan yang teguh dengan secara pribadi memimpin pasukan dalam berbagai pertempuran, melawan taktik licik yang digunakan Belanda. Kehebatan strategisnya membuatnya mendapat julukan "Napoleon van Batak", yang sejajar dengan strategi militer Napoleon Bonaparte di Prancis. Menurut Jalatua, semangat keteguhan dan dedikasi Rondahaim dalam membela tanah air tetap bertahan hingga nafas terakhirnya.

Pahlawan yang Tidak Dikenal: Membuka Jalan Menuju Pengakuan

Meski berjasa besar, Rondahaim Saragih belum diakui secara resmi sebagai pahlawan nasional di Indonesia. Jalatua menyoroti kenyataan yang disayangkan bahwa banyak pahlawan daerah yang tidak masuk dalam daftar pahlawan nasional, dan menekankan peran integral cerita-cerita lokal ini dalam sejarah Indonesia.

Perjuangan Berkepanjangan untuk Pengakuan

Jalan untuk mendapatkan pengakuan sebagai pahlawan nasional masih panjang dan diatur melalui prosedur ketat yang diuraikan dalam Permensos No.15/2012 (Direvisi oleh Permensos No.13/2018). Proses ini meliputi rekomendasi dari gubernur, evaluasi oleh Tim Peneliti dan Penilai Gelar dan Kehormatan Daerah (TP2GD), selanjutnya peninjauan oleh Tim Peneliti dan Penilai Gelar dan Kehormatan Pusat (TP2GP), dan persetujuan dari Dewan Gelar, Tanda Kehormatan, dan Kehormatan. sebelum mencapai Presiden untuk anggukan terakhir.

Jalatua meyakinkan, seluruh persyaratan yang diperlukan di tingkat provinsi telah dipenuhi sesuai peraturan yang ada. Meskipun puluhan tahun telah berlalu, pengakuan atas kontribusi besar Rondahaim masih belum terwujud. Meski demikian, Jalatua tetap optimistis, yakin masih ada peluang di tahun-tahun mendatang.

Suara Harapan dan Pengakuan

Selaras dengan cita-cita Jalatua, Melcia Purba, warga Pematang Siantar di Simalungun, menyuarakan keinginan agar Rondahaim Saragih dan pahlawan lokal lainnya mendapatkan gelar yang memang pantas mereka dapatkan. Ia menekankan pentingnya peran tokoh-tokoh tersebut dalam membentuk sejarah dan identitas budaya Simalungun.

Dalam mendesak pemerintah untuk lebih responsif, Purba menggarisbawahi pentingnya mengakui kontribusi para pahlawan untuk menjamin pelestarian warisan sejarah dan identitas budaya Simalungun.

Itulah pembahasan tentang  perjuangan Rondahim Saragih Pahlawan Indonesia melawan Belanda di Simalungun. Semoga dengan adanya ulasan ini dapat menambah pengetahuan tentang pahlawan Indonesia.

0 komentar: