Siapa yang tidak kenal dengan Pahwalan Cut Nyak Dien? Cut Nyak Dien adalah salah satu Pahlawan Nasional wanita yang berasal dari Aceh. Cut Nyak Dien dikenal melalui perjuangannya mengusir penjajah dari Aceh. Dahulu Belanda mengirimkan armada-armada kapal perangnya ke Aceh dan berencana menguasai Aceh.
Suami pertama Cut Nyak Dien yang bernama Ibrahim Lamnga berjuang mengusir Belanda ketika wilayah VI Mukim diserang. Namun sangat disayangkan, Ibrahim Lamnga gugur dengan terhormat di medan perang pada tanggal 29 Juni 1878.
Gugurnya Sang suami membuat semagat Cut Nyak Dien semakin membara untuk berjuang bersama rakyat Aceh demi mengusir penjajah Belanda. Untuk menjelaskan lebih dalam mengenai perjuangan Cut Nyak Dien.
Sebelum kita bahas lebih lanjut, kamu dapat mendengarkan musik atau lagu chord runtah sambil membaca artikel ini. Langsung saja kita simak berikut ini.
Perjuangan Dan Biografi Cut Nyak Dien
Belanda menyatakan perang kepada Aceh pada tanggal 26 Maret 1873. Melalu armada kapal Citadel van Antwerpen, Belanad mulai melepaskan tembakan meriam ke daratan. Belanda di bawah pimpinan Johan Harmen Rudolf Köhler Belanda berhasil mendarat di Pantai Ceureumen dan langsung menguasai Masjid Raya Baiturrahman kemudian membakarnya pada tanggal 8 april 1873
Tindakan Belanda tersebut memicu perang Aceh yang saat dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Machmud Syah melawan 3.198 prajurit Belanda. Akhirnya, Kesultanan Aceh bisa memenangkan perang pertama melawan Belanda tersebut dengan tewas tertembaknya Köhler.
Di bawah kepemimpinan Jenderal Jan van Swieten wilayah VI Mukim berhasil diduduki Belanda, begitu juga dengan Keraton Sultan yang akhirnya harus mengakui kekuatan Belanda tahun 1874-1880.
Hal tersebut memaksa Cut Nyak Dien dan bayinya mengungsi bersama ibu-ibu serta rombongan lain pada tepatnya pada 24 Desember 1875. Tetapi suami dari Cut Nyak Dien tetap bertekad untuk merebut kembali daerah VI Mukim. Namun, ketika Ibrahim Lamnga bertempur di Gle Tarum, dirinya tewas bertepatan dengan tanggal 29 Juni 1878. Hal tersebut akhirnya membuat Cut Nyak Dien sangat marah dan bersumpah untuk menghancurkan Belanda.
Setelah kematian suaminya, Cut Nyak Dien dilamar oleh Teuku Umar yang merupakan tokoh pejuang Aceh. Awalnya Cut Nyak Dien menolak, akan tetapi karena Teuku Umar memperbolehkan Cut Nyak Dien untuk bertempur, akhirnya Cut Nyak Dien menerima pinangan Teuku Umar dan mereka menikah pada tahun 1880.
Bersatunya kedua insan tersebut menyebabkan moral dan semangat para pejuang Aceh semakin berkobar. Akhirnya perang tersebut berlanjut dengan gerilya, lalu tercetuslah perang fi’sabilillah.
Pada tahun 1875 Teuku Umar mencoba untuk mendekati Belanda dan mempererat hubungannya dengan orang Belanda. Hal tersebut berlanjut dengan Teuku Umar beserta pasukannya yang berjumlah 250 orang pergi menuju Kutaraja dan “menyerahkan diri” kepada Belanda pada tanggal 30 September 1893.
Strategi dari Teuku Umar akhirnya berhasil mengelabui Belanda hingga mereka memberi Teuku Umar gelar yaitu Teuku Umar Johan Pahlawan dan menjadikan Teuku Umar sebagai komandan unit pasukan Belanda yang memiliki kekuasaan penuh.
Demi melancarkan aksinya, Teuku Umar rela dianggap sebagai penghianat oleh orang Aceh. Tidak terkecuali Cut Nyak Meutia yang datang menemui Cut Nyak Dien kemudian memakinya. Namun, meski begitu Cut Nyak Dien tetap berusaha menasehatinya untuk fokus kembali melawan Belanda.
Hingga pada akhirnya, di saat kekuasaan Teuku Umar dan pengaruhnya cukup besar, Teuku Umar memanfaatkan momen tersebut untu mengumpulkan orang Aceh di pasukannya. Ketika jumlah orang Aceh di bawah komando Teuku Umar sudah cukup, kemudian Teuku Umar melakukan rencana palsu ke orang Belanda dan mengklaim jika dirinya ingin menyerang basis Aceh.
Kemudian Teuku Umar dan Cut Nyak Dien pergi dengan seluruh pasukan serta perlengkapan berat, senjata, dan amunisi Belanda. Tapi, mereka tidak pernah kembali ke markas Belanda. Strategi penghianatan tersebut disebut “Het verraad van Teukoe Oemar” (pengkhianatan Teuku Umar).
Strateg dari Teuku Umar untuk mengkhianati Belanda membuat Belanda marah dan melancarkan operasi besar-besaran untuk menangkap Cut Nyak Dien dan Teuku Umar. Tapi para gerilyawan Aceh saat ini sudah dilengkapi perlengkapan dari Belanda. Akhirnya Jenderal Van Swieten diganti Oleh Jenderal Jakobus Ludovicius Hubertus Pel Tetapi dengan waktu yang cepat jenderal Jakobus Ludovicius Hubertus Pel dengan cepat terbunuh oleh geriliyawan Aceh, hingga akhirnya membuat para pasukan Belanda berada dalam kondisi yang sangat kacau.
Setelah penghianatan nya, Belanda mencabut gelar Teuku Umar serta membakar rumahnya. Demi melancarkan aksinya untuk menangkap Cut Nyak Dien dan Teuku Umar, Belanda akhirnya mengirim unit “Maréchaussée”. Unit ini didominasi orang Tionghoa-Ambon yang dikenal susah ditaklukkan oleh orang Aceh.
Karena begitu kuatnya unit tersebut, Belanda merasa iba terhadap rakyat Aceh, hingga akhirnya Van der Heyden membubarkan unit “Maréchaussée” tersebut. Pasca bubarnya unit tersebut, jenderal yang memimpin perang dengan Aceh selanjutnya bisa dengan mudah mencapai kesuksesan, sebab banyak orang Aceh yang tidak ikut melakukan jihad karena takut kehilangan nyawa mereka.
Ketakutan orang Aceh tersebut dimanfaatkan Jendral Joannes Benedictus van Heutsz dan akhirnya menyewa orang Aceh untuk memata-matai pasukan pemberontak. Hingga akhirnya Belanda berhasil mendapatkan informasi bahwa Teuku Umar berencana untuk menyerang Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899 di mana akhirnya Teuku Umar gugur karena tertembak peluru. Meski begitu Cut Nyak Dien tetap memimpin perlawanan terhadap Belanda di daerah pedalaman Meulaboh dengan pasukan kecilnya. Pasukan Cut Nyak Dien terus bertempur hingga kalah pada tahun 1901.
Cut Nyak Dien sudah semakin tua dan matanya mulai rabun. Dirinya juga sudah menderita encok dan jumlah pasukannya terus berkurang. Bahkan beliau dan pasukannya kesulitan untuk memperoleh makanan.
Karena faktor usia yang sudah tua, pada tanggal 6 November 1908 Cut Nyak Dien meninggal. Makam Cut Nyak Dien sendiri baru ditemukan pada tahun 1959, itupun karena permintaan Gubernur Aceh kala itu, yaknivAli Hasan. Cut Nyak Dien sendiri baru diakui oleh Presiden Soekarno sebagai Pahlawan Nasional Indonesia melalui SK Presiden RI No.106 Tahun 1964 pada tanggal 2 Mei 1964.
0 komentar: