Negara kita memiliki beberapa pahlawan wanita yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan yang kita jalani hingga kini. Dan semua pahlawan wa...

Biografi Dewi Sartika, Pahlawan Pendidikan Wanita


Negara kita memiliki beberapa pahlawan wanita yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan yang kita jalani hingga kini. Dan semua pahlawan wanita itu memperjuangkan hak kaum perempuan yang kala itu hanya diperbolehkan mengurus rumah tangga. Kamu dapat mengetahui selengkapnya dari mesin pencari yandex.


Bahkan untuk mendapat pendidikan formal saja tidak bisa. Jika sudah dirasa cukup umur, remaja wanita di Indonesia akan dinikahkan dengan pria pilihan orang tuanya. Jadi kaum wanita saat itu dapat memilih apa yang terbaik untuk hidupnya.


Kehadiran para pahlawan wanita ini merubah segalanya. Kaum perempuan kini dapat merasakan pendidikan formal hingga kejenjang yang lebih tinggi, bebas memilih pekerjaan sesuai kemampuannya dan memilih pasangan yang dirasa cocok dengan dirinya.


Salah satu pahlawan wanita yang dimaksud adalah Dewi Sartika. Sama halnya dengan Raden Adjeng Kartini, ia berusaha memperjuangkan hak kaum perempuan Indonesia untuk mendapatkan pendidikan yang layak seperti perempuan Eropa.


Karena Dewi melihat pendidikan hanya diberikan kepada perempuan Eropa khususnya kalangan atas dan harus dapat berbicara menggunakan bahasa Belanda sebagai salah satu syarat yang diberikan. Kala itu, di Batavia (yang sekarang sudah berubah nama menjadi Jakarta) telah dibuka sekolah khusus perempuan pertama di Indonesia pada tahun 1876.


Didirikannya sekolah tersebut tidak membawa perubahan bagi wanita Indonesia, justru semakin tidak diperhatikan.


Pada 16 Januari 1904, pahlawan wanita yang satu ini mendirikan sebuah sekolah yang diberi nama Sekolah Isteri di Pendopo Kabupaten Bandung. Di tahun 1910, sekolah tersebut direlokasi ke Jalan Ciguriang dan berubah nama menjadi Sekolah Kaoetamaan Isteri.


Disana ia mengajarkan wanita Indonesia lainnya membaca, menulis, berhitung, pendidikan agama dan berbagai keterampilan. Kerja kerasnya membuahkan hasil yang manis, di tahun 1912 sekolah itu telah tersebar di seluruh Jawa Barat sebanyak Sembilan sekolah.


Untuk kedua kalinya, sekolah yang didirikan Dewi Sartika kembali berubah nama sesuai dengan namanya, yakni Sekolah Raden Dewi. Sekolahnya itu berkembang dengan pesat. Namun, masa kependudukan Jepang membuat sekolah tersebut mengalami krisis keuangan dan peralatan.


Itulah bentuk perjuangan dari pahlawan kita Dewi Sartika. Berikut biografi Pahlawan yang berjasa telah bagi kaum wanita ini.


Biografi Dewi Sartika

Pemilik nama asli Raden Dewi Sartika lahir di Cicalengka, Bandung pada tanggal 4 Desember 1884. Ia terlahir dan besar dari keluarga berdarah Sunda yang ternama. Ayahnya bernama R. Rangga Somanegara dan sang ibunda, R.A. Rajapermas.


Ketertarikannya di dunia pendidikan sudah muncul sejak dirinya kanak-kanak. Ia kerap terlihat bermain peran menjadi seorang guru bersama teman-temannya.


Ditinggal pergi selamanya oleh ayahnya, mengharuskan dia tinggal bersama dengan pamannya di Bandung pada tahun 1899 dan menerima pendidikan sesuai budaya sunda. Mau tidak mau dia harus ikut meski sebelumnya pernah menerima pengetahuan mengenai budaya barat.


Berdasarkan catatan sejarah yang ada, Dewi Sartika menikah pada tahun 1906 dengan Radem Kanduruhan Agah Suriawinata yang merupakan guru dari Sekolah Karang Pamulang. Beliau meninggal pada 11 September 1947 di Cineam dan dimakamkan disana.


Makamnya dipindahkan ke Jalan Karang Anyar, Bandung, setelah dirasa aman dari Agresi Militer Belanda dalam masa perang kemerdekaan.


Berkat perjuangannya tersebut, ia dianugerahi gelar Orde van Oranje-Nassau pada ulang tahun ke-35 Sekolah Kaotamaan Isteri. Dan resmi diakui sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1966.


Sekian informasi seputar biografi dan bentuk perjuangan pahlawan kaum wanita, Dewi Sartika. Semoga bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan kamu seputar pahlawan Indonesia.

0 komentar: