Kamu punya uang kertas pecahan 5000 Rupiah? Coba lihat, apakah kamu mengenal sosok pria yang ada si uang kertas tersebut? Mungkin diantara k...

Biografi Idham Chalid, Pahlawan RI yang Wajahnya Terdapat pada Uang Kertas Pecahan 5000 Rupiah


Kamu punya uang kertas pecahan 5000 Rupiah? Coba lihat, apakah kamu mengenal sosok pria yang ada si uang kertas tersebut? Mungkin diantara kamu tidak banyak yang mengetahuinya. Beliau adalah Perdana Menteri Indonesia dari tahun 1972 sampai 1977, yang bernama Idham Chalid.

 

Untuk mengenal lebih dekat sosok pahlawan yang satu ini, kamu bisa menyimak biografi Idham Chalid. Tapi sebelum itu kamu juga bisa mengetahui profil dari difarina indra, penyanyi muda asal Indonesia. Langsung saja yuk kita bahas.

 

Biografi Idham Chalid

 


Lahir di Satui, Kalimantan Selatan, 27 Agustus 1921, Idham Chalid adalah putra dari H. Muhammad Chalid, seorang penghulu yang berasal dari Amuntai. Diketahui anak tengah dari 8 bersaudara ini memiliki darah keturunan Melayu Banjar – Bugis.

 

Keluarga Idham berasal dari kalangan bangsawan. Namun ayahnya selalu mengajarkan kepadanya, bahwa kemuliaan seseorang tidak terletak pada darahnya, melainkan dari amal perbuatan, serta darma baktinya.

 

Idham kecil dikenal sebagai anak yang cerdas dan pemberani. Dia juga memiliki bakat berpidato. Saat masih duduk dibangku SR, dia menunjukkan bakatnya tersebut. Setelah menamatkan pendidikan di SR, ia melanjutkan pendidikannya ke Madrasah Ar-Rasyidiyyah di tahun 1922.

 

Kala itu, dia juga berkesempatan untuk mendalami bahasa asing, seperti bahasa Arab, bahasa Ingris, dia juga banyak belajar tentang ilmu pengetahuan umum.

 

Terlepas dari situ, dia kembali melanjutkan studinya ke Pesantren Gontor yang terletak di Ponorogo, Jawa Timur. Kesempatan belajar di Gontor juga dimanfaatkan Idham untuk memperdalam bahasa Jepang, Jerman, dan Prancis.

 

Di tahun 1943, Idham meneruskan pendidikannya di Jakarta. Berkat efasihan Idham dalam berbahasa Jepang membuat penjajah Dai-Nipon sangat kagum. Pihak Jepang juga sering memintanya menjadi penerjemah dalam beberapa pertemuan dengan alim ulama. Dalam pertemuan-pertemuan itulah Idham mulai akrab dengan tokoh-tokoh utama NU.

 

Dari sinilah dirinya mulai bergabung dengan organisasi-organisasi pemberontok yang dipimpin Hasan Basry, pada tahun 1947.

 

Dirasa sudah cukup umur, Idham menikahi wanita bernama  Masturah (Hj. Masturah) yang berasal dari Kalimantan Selantan. Dari pernikahan keduanya, mereka dikaruniai 8 orang anak.

 

Idham meninggal diusia 88 tahun, pada tanggal 11 Juli 2010 di Jakarta. Namun informasi seputar meninggal istri beliau tidak begitu banyak. Hanya saja alm. ibu Hj Masturah dimakamkan berdampingan di pesantren Darul Qur’an, Cisarua.

 

Pahlawan Nasional

Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono mewakili seluruh pemerintah di Istana Negara menganugerahi KH Dr Idham Chalid sebagai Pahlawan Nasional, berdasarkan Keppres Nomor 113/TK/Tahun 2011 tanggal 7 November 2011.

 

Dirinya merupakan putera Banjar ketiga yang mendapat gelar sebagai Pahlawan Nasional, setelah Pangeran Antasari dan Hasan Basry.

 

Sebagai Mantan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) dan Ketua MPR/DPR yang mendapat gelar Pahlawan Nasional karena dianggap berjasa luar biasa bagi kepentingan bangsa dan negara. Sebagai Ketua NU yang menjabat cukup lama, beliau bisa menentramkan kegelisahan warga NU saat itu.

 

Idham tidak hanya aktif dalam membela keagamaan, ia juga berperan penting dan aktif di dunia pendidikan. Sehingga dia mewariska dua yayasan pendidikan agama Islam Darul Maarif di Jakarta Selatan dan Darul Qur'an di Cisarua-Bogor, yang sekaligus juga menjadi tempat peristirahatan terakhirnya bersama sang istri.

 

Bentuk penghargaan yang lainnya yang diberikan kepada beliau atas jasa-jasanya selama hidup, yakni ptret dirinya menghiasi mata uang Rupiah pecahan 5.000 yang diluncurkan oleh Bank Indonesia dan ditetapkan atas Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 2016 tentang Penetapan Gambar Pahlawan Nasional sebagai Gambar Utama pada Bagian Depan Rupiah Kertas dan Rupiah Logam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

0 komentar: