Kali ini, pahlawan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia berasal dari keluarga Bangsawan Yogyakarta, yakni Hamengkubuwana IX. Ia merup...

Biografi Hamengkubuwana IX, Bapak Pramuka Indonesia


Kali ini, pahlawan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia berasal dari keluarga Bangsawan Yogyakarta, yakni Hamengkubuwana IX. Ia merupakan Sri Sultan yang berperan banyak dalam hal mengupayakan kemerdekaan dan kedaulatan rakyat Indonesia.


Bentuk perjuangan yang dilakukannya, yaitu ketika Jepang berkuasa, penduduk pribumi dijadikan tenaga kerja paksa atau yang kita kenal dengan istilah romusha. Hal inilah yang membuatnya berpikir untuk mengajukan pembangunan kanal irigasi yang nantinya akan menghubungkan Kali Progo dan Kali Opak guna melindungi rakyatnya.


Selain itu, ia juga melakukan beberapa reformasi di kesultanannya, seperti mengubah nama-nama institusi pemerintahan daerah yang awalnya menggunakan bahasa Belanda menjadi bahasa Jawa.


Di tanggal 2 Januari 1946, Sri Sultan Hamengkubuwana IX mengusulkan pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Yogyakarta karena saat itu kondisi di ibukota sedang kedatangan sekutu. Ia bersama Pakualam VIII pun mengirimkan surat ke Presiden Soekarno.


Inti dari isi surat tersebut berbunyi, jika pemerintah RI bersedia, mereka bisa memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Yogyakarta sampai kondisi kembali aman.


Menanggapi surat tersebut, pada tanggal 3 Januari 1946 pemerintah mengadakan sidang kabinet perihal pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Yogyakarta. Tanggal 4 Januari 1946, sore, Soekarno, Mohammad Hatta, dan para pejabat negara kala itu berangkat dengan perjalanan kereta luar biasa ke Yogyakarta. Kedatangan mereka di Stasiun Tugu disambut oleh Sri Sultan.


Demi memenuhi kebutuhan pemerintahan RI, ia juga menyediakan gedung-gedung yang ada di Yogyakarta untuk dijadikan kantor-kantor pemerintahan untuk sementara waktu. Salah satu gedung yang hingga kini masih dijadikan sebagai Istana Presiden Indonesia adalah Gedung Agung.


Nah, itulah sekilas bentuk perjuangan yang dilakukan Sri Sultan Hamengkubuwana IX demi mempertahankan kemerdekaan rakyat Indonesia.


Agar kamu lebih mengenal sosok pahlawan nasional yang satu ini, yuk simak biografi singkat Bangsawan Yogyakarta yang menjadi wakil presiden RI ke-2 ini.


Biografi Hamengkubuwana IX

Lahir dengan nama Gusti Raden Mas Dorodjatun di Ngasem, Ngayogyakarta Hadiningrat, 12 April 1912, Sri Sultan Hamengkubuwana IX merupakan Sultan Yogyakarta kesembilan dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta yang pertama.


Ia merupakan putra dari pasangan Gusti Pangeran Puruboyo dari istri utamanya, Raden Ajeng Kustilah. Ketika berumur empat tahun, Dorodjatun diperintah ayahnya untuk mulai tinggal terpisah dari keraton.


Mengetahui hal tersebut, Dorodjatun kecil pun menangis keras dan terus memeluk salah satu tiang di keraton sebelum dapat dipisahkan. Disana ia akan tinggal bersama keluarga Mulder, orang Belanda yang menjabat sebagai Kepala Sekolah Neutrale Hollands Javaanse Jongens School dan tinggal di daerah Gondokusuman.


Ketika tinggal bersama keluarga Mulder, Dorodjatun diberi nama panggilan Henkie (Henk kecil) yang diambil dari nama Pangeran Hendrik dari Belanda. Nama panggilan ini terus ia gunakan hingga bersekolah dan kuliah di Belanda, serta oleh teman-teman dekatnya tetap digunakan sampai masa tuanya sebagai Hamengkubuwana IX.


Untuk pertama kalinya, Hamengkubuwana IX mengenayam pendidikan di taman kanak-kanak Frobel School. Tamat dari taman kanak-kanak, ia melanjutkan pendidikannya di Eerste Europese Lagere School B.


Setahun kemudian, ia dipindahkan ke kediaman keluarga Cock dan bersekolah di Neutrale Europese Lagere School hingga lulus pada bulan Juli 1925. Disaat ia duduk di kelas III Sekolah Dasar, sang ayah diangkat menjadi Hamengkubuwana VIII, tepatnya pada bulan Februari 1921. Di sekolah tersebut, Dorodjatun bertemu dan berteman dengan Sultan Hamid II yang dijuluki Mozes saat itu.


Setelah itu, ia kembali meneruskan pendidikan menengahnya di Hoogere Burgerschool (HBS) Semarang sejak bulan Juli 1925. Dengan alasan tidak cocok dengan iklim di Semarang yang cukup panas, ayahnya memindahkannya ke HBS Bandoeng di tahun 1928.


Belum lagi menyelesaikan pendidikan di HBS Bandoeng, Dorodjatun dan Tinggarto, kakaknya diperintahkan sang ayah untuk meneruskan studi di Belanda. Disana mereka berdua bersekolah di Gymnasium atau Lyceum Haarlem yang merupakan gabungan dari dua lembaga berbeda, yaitu Hoogere Burgerschool B (HBS-B) dan Stedelijk Gymnasium. Dan keduanya lulus pada tahun 1934.


Tidak sampai disitu, mereka meneruskan studinya di perguruan tinggi Rijksuniversiteit Leiden, yang kini berganti nama menjadi Universitas Leiden.


Kala itu Hamengkubuwana IX memilih ilmu Indologi, ilmu yang mempelajari administrasi kolonial, etnologi, dan kesusastraan di Hindia Belanda. Berbeda dengang sang kakak yang jurusan yang lebih populer, yakni bidang hukum.


 Belum sempat menyelesaikan tesis untuk gelar doktorandusnya, Hamengkubuwana IX bersama saudara-saudaranya yang berada di luar negeri dipanggil oleh keluarga di Jogja untuk kembali ke Hindia Belanda setelah terjadinya Penyerbuan Jerman ke Polandia tahun 1939.


Tesis yang hampir selesai itu pun dibawa ke Jawa bersamanya dalam bentuk manuskrip dan belum pernah dikumpulkan. Naskah itu hilang dan hanya diketahui judulnya saja, yaitu "Kontrak Politik antara Sunan Solo dan Pemerintah Belanda". Hingga akhir hayatnya, Hamengkubuwana IX belum mendapatkan gelar apapun dari universitas karena belum sempat mengikuti wisuda kelulusannya.


Meski demikian, sepulangnya dari Belanda, Hamengkubuwana IX telah beberapa kali menjabat di pemerintahan Indonesia, berikut riwayat pekerjaan pahlawan nasional yang satu ini.

Kepala dan Gubernur Militer Daerah Istimewa Yogyakarta 

Menteri Negara pada Kabinet Sjahrir III

Menteri Negara pada Kabinet Amir Sjarifuddin I dan II

Menteri Negara pada Kabinet Hatta I

Menteri Pertahanan/Koordinator Keamanan Dalam Negeri pada Kabinet Hatta II 

Menteri Pertahanan pada masa RIS 

Wakil Perdana Menteri pada Kabinet Natsir

Menteri/Ketua Badan Pemeriksa Keuangan 

Ketua Delegasi Indonesia dalam pertemuan PBB tentang Perjalanan dan Pariwisata 

Menteri Koordinator Pembangunan 

Wakil Perdana Menteri Bidang Ekonomi

Wakil Presiden Indonesia Ke-2


Silsilah Sri Sultan Hamengkubuwana IX


Istri:

1. BRA Pintakapurnama/KRA Pintakapurnama tahun 1940

2. RA Siti Kustina/BRA Windyaningrum/KRA Widyaningrum/RAy Adipati Anum, putri R.W.purwowinoto, tahun 1943

3. Raden Gledegan Ranasaputra/KRA Astungkara, putri Raden Lurah Ranasaputra dan Sujira Sutiyati Ymi Salatun, tahun 1948

4. KRA Ciptamurti

5. Norma Musa/KRA Nindakirana, putri Handaru Widarna tahun 1976


Putra:

1. BRM Arjuna Darpita/KGPH Mangkubumi/KGPAA Mangkubumi/Sri Sultan Hamengkubuwono X dari KRA Widyaningrum, menikah dengan Tatiek Drajad Suprihastuti/BRA Mangkubumi/GKR Hemas

2. BRM Murtyanta/GBPH Adi Kusuma/KGPH Adi Kusuma dari KRA Pintakapurnama, menikah dengan Dr. Sri Hardani

3. BRM Ibnu Prastawa/KGPH Adi Winata dari KRA Widyaningrum, menikah dengan Aryuni Utari

4. BRM Kaswara/GBPH Adi Surya dari KRA Pintakapurnama, menikah dengan Andinidevi

5. BRM Arumanta/GBPH Prabu Kusuma dari KRA Astungkara, menikah dengan Kuswarini

6. BRM Sumyandana/GBPH Jaya Kusuma dari KRA Windyaningrum

7. BRM Kuslardiyanta dari KRA Astungkara, menikah dengan Jeng Yeni

8. BRM Anindita/GBPH Paku Ningrat dari KRA Ciptamurti, menikah dengan Nurita Afridiani

9. BRM Sulaksamana/GBPH Yudha Ningrat dari KRA Astungkara, menikah dengan Raden Roro Endang Hermaningrum

10. BRM Abirama/GBPH Chandra Ningrat dari KRA Astungkara, menikah dengan Hery Iswanti

11. BRM Prasasta/GBPH Chakradiningrat dari KRA Ciptamurti, menikah dengan Lakhsmi Indra Suharjana

12. BRM Arianta dari KRA Ciptamurti, menikah dengan Farida Indah.

13. BRM Sarsana dari KRA Ciptamurti

14. BRM Harkomoyo dari KRA Ciptamurti, menikah dengan Iceu Cahyani

15. BRM Swatindra dari KRA Ciptamurti


Putri:

1. BRA Gusti Sri Murhanjati/GKR Anum dari KRA Pintakapurnama, menikah dengan Kolonel Budi Permana/KPH Adibrata yang menjadi Gubernur Sulawesi Selatan

2. BRA Sri Murdiyatun/GBRAy Murda Kusuma dari KRA Pintakapurnama, menikah dengan KRT Murda Kusuma

3. BRA Dr Sri Kuswarjanti/GBRAy Dr. Riya Kusuma dari KRA Widyaningrum, menikah dengan KRT Riya Kusuma

4. BRA Dr Sri Muryati/GBRAy Dr. Dharma Kusuma dari KRA Pintakapurnama, menikah dengan KRT Dharma Kusuma

5. BRA Kuslardiyanta dari KRA Ciptomurti

6. BRA Sri Kusandanari dari KRA Astungkara

7. BRA Sri Kusuladewi menikah dengan KRT Padma Kusuma Sastronegoro,Kel BESAR Padepokan Gunung Kidul


Sri Sultan Hamengkubuwana IX menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit di Washington, D.C., Amerika Serikat pada 2 Oktober 1988 diusia 76 tahun.


Kamis, 6 Oktober 1988, jenazah telah sampai di Jakarta. Dan dilakukan upacara penerimaan dengan inspektur upacara Jenderal Benny Moerdani. Setelah disemayamkan sebentar di Kantor Perwakilan DIY di Jakarta, jenazah dilepas oleh Wakil Presiden Soedharmono dan diterbangkan ke Bandara Adisutjipto dengan pesawat Hercules milik TNI AU.


Jumat, 7 Oktober 1988, jenazah Sultan telah sampai di Yogyakarta dan disemayamkan di Bangsal Kencono, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Prosesi pemakaman Hamengkubuwana IX dimulai pada Sabtu, 8 Oktober 1988. Jenazah dilepas dari gerbang Magangan oleh Presiden Soeharto, Pangeran Purubojo (kakak Sultan), dan Pangeran Mangkubumi (putra sulung Sultan).


Pada pukul 15.00, iring-iringan tiba di Astana Imogiri, pemakaman kerajaan Wangsa Mataram. Jenazah disalatkan di Masjid Pajimatan sebelum dibawa dan dimakamkan di Astana Saptorenggo, tempat makam Sultan yang telah disiapkan sebelumnya. Pemakaman Sultan dihadiri oleh Ketua BPK Jenderal M. Jusuf; Kepala Staf Angkatan Darat, Angkatan Udara, dan Angkatan Laut; Kapolri; serta Duta Besar AS Paul Wolfowitz dan Duta Besar Australia Bill Morrisson.


Berkat jasa-jasanya, ia dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh pemerintah RI berdasarkan SK Presiden Repulik Indonesia Nomor 053/TK/Tahun 1990 yang terbit pada 30 Juli 1990.


Itulah sekilas bentuk perjuangan dan biografi Sri Sultan Hamengkubuwana IX. Jadi jangan pernah sesekali melupakan jasa para pahlawan ya.

0 komentar: