Sutan Syahrir merupakan seorang intelektual, perintis dan revolusioner kemerdekaan Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, ia menjadi politiku...

Biografi Sutan Syahrir, Si Kancil dari Sumatera Barat


Sutan Syahrir merupakan seorang intelektual, perintis dan revolusioner kemerdekaan Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, ia menjadi politikus sekaligus menjabat sebagai perdana menteri pertama Indonesia.


Pahlawan kemerdekaan yang satu ini dijuluki Si Kancil, karena meski memiliki badan yang kecil, ia penggemar olahraga dirgantara. Bahkan kegemarannya tersebut, membuat Syahrir pernah menerbangkan pesawat kecil dari Jakarta ke Yogyakarta.


Ia juga memiliki hobi lain selain dibidang olahraga, yakni senang dengan musik klasik. Dan hal itu dibuktikannya dengan bermain biola.


Meski Sutan Syahrir adalah pahlawan nasional, namun masih banyak yang tidak mengenal sosok pejuang 45 yang satu ini. Berikut biografi singkat Sutan Syahrir, agar kamu mengenal pahlaman ini.


Biografi Sutan Syahrir

Lahir di Kota Gedang, Sumatera Barat, 5 Maret 1909, Sutan Syahrir adalah anak dari pasangan Mohammad Rasad dan Puti Siti Rabiah. Sang ayah memiliki gelar sebagai Maharaja Soetan bin Leman dan gelar Soetan Palindih di Koto Gadang, Agam, Sumatra Barat dan pernah menjabat sebagai penasehat Sultan Deli, serta kepala jaksa di Medan.


Orang tuanya berpisah dan memilih jalan hidup masing-masing. Ayahnya yang menikah lagi dan memiliki seorang putri dari pernikahan keduanya. Saudara sambung Syahrir bernama Rohana Kudus, seorang aktivis dan wartawan wanita yang terkemuka di tanah air.


Sementara saudara kandungnya yang bernama Soetan Sjahsam, merupakan seorang makelar saham pribumi paling berpengalaman pada masanya dan Soetan Noeralamsjah, yang pernah menjabat sebagai jaksa dan politikus Partai Indonesia Raya (Perindra).


Masa kecil Syahrir dihabiskan di kota Medan. Disana ia menjalani pendidikan di sekolah dasar (ELS) dan sekolah menengah pertama (MULO) terbaik di Medan.


Selesai dari MULO, di tahun 1926, ia melanjutkan pendidikannya di sekolah menengah atas (AMS) di Bandung. Selama bersekolah disana, dia bergabung dengan Himpunan Teater Mahasiswa Indonesia (Batovis) sebagai sutradara, penulis skenario, dan juga aktor.


Selama bersekolah di Bandung,Syahrir mendirikan sebuah sekolah yang diberi nama Tjahja Volksuniversiteit (Cahaya Universitas Rakyat). Dan biaya yang dibutuhkan untuk sekolahnya itu diperoleh dari hasil pementasan yang dilakukannya selama di AMS. Sekolah tersebut didirikannya untuk membantu anak-anak dari keluarga tak mampu agar dapat tetap merasakan pendidikan.


Selama di AMS, dirinya telah menjadi bintang. Meski dikenal sebagai penggemar buku-buku asing, ia bukan tipe siswa yang fokus terhadap bidang akademis. Ia juga menyibukkan diri dengan aktif bergabung dalam klub debat di sekolahnya.


For your information, saat masih menjadi pelajar di AMS, Syahrir telah lebih dulu berkecimpung di dunia politisi. Bahkan ia menjadi salah satu dari sepuluh pengagas pendirian himpunan pemuda nasionalis, Jong Indonesië, yang kemudian berganti nama menjadi Pemuda Indonesia. Dari sinilah tercetusnya Sumpah Pemuda pada tahun 1928.


Kemudian, ia melanjutkan pendidikan di Fakultas Hukum di Universitas Amsterdam, Negeri Kincir Angin Belanda. Semenjak disana, ia mendalami ilmu sosialisme. Dan dari sinilah bentuk perjuangan Syahrir dimulai.


Saat masih di Belanda, ia menikahi seorang gadis bernama Maria Duchateau. Pernikahannya dengan Maria Duchateau terjalin cukup singkat. Kemudian ia menikah kembali dengan Siti Wahyunah. Dari pernikahan tersebut, ia memiliki 2 orang anak.


Diketahui, pahlawan nasional ini menghembuskan nafas terakhirnya di Swiss pada tanggal 9 April 1966, setelah menjalani pengobatan di Zurich, Swiss.


Karya-Karya Sutan Syahrir


1. Pikiran dan Perjuangan, tahun 1950 (kumpulan karangan dari Majalah ”Daulat Rakyat” dan majalah-majalah lain, tahun 1931 – 1940)

2. Pergerakan Sekerja, tahun 1933

3. Perjuangan Kita, tahun 1945

4. Indonesische Overpeinzingen, tahun 1946 (kumpulan surat-surat dan karangan-karangan dari penjara Cipinang dan tempat pembuangan di Digul dan Banda-Neira, dari tahun 1934 sampau 1938). (Versi digital dan dbnl)

5. Renungan Indonesia, tahun 1951 (diterjemahkan dari Bahasa Belanda: Indonesische Overpeinzingen oleh HB Yassin)

6. Out of Exile, tahun 1949 (terjemahan dari ”Indonesische Overpeinzingen” oleh Charles Wolf Jr. dengan dibubuhi bagian ke-2 karangan Sutan Sjahrir)

7. Renungan dan Perjuangan, tahun 1990 (terjemahan HB Yassin dari Indonesische Overpeinzingen dan Bagian II Out of Exile)

8. Sosialisme dan Marxisme, tahun 1967 (kumpulan karangan dari majalah “Suara Sosialis” tahun 1952 – 1953)

9. Nasionalisme dan Internasionalisme, tahun 1953 (pidato yang diucapkan pada Asian Socialist Conference di Rangoon, tahun 1953)

10. Karangan–karangan dalam "Sikap", "Suara Sosialis" dan majalah–majalah lain

11. Sosialisme Indonesia Pembangunan, tahun 1983 (kumpulan tulisan Sutan Sjahrir diterbitkan oleh Leppenas)

0 komentar: